Baru-baru ini, Activision mengonfirmasi penggunaan alat Artificial Intelligence (AI) dalam pengembangan beberapa aset dalam game Call of Duty, termasuk “Black Ops 6” dan “Warzone”. Pengumuman ini muncul setelah kebijakan Steam yang mewajibkan pengungkapan penggunaan AI dalam pengembangan game. Langkah ini memicu perdebatan di kalangan komunitas pemain mengenai dampak AI terhadap realisme dan kualitas game.
Penggunaan AI dalam Pengembangan Call of Duty
Penggunaan AI dalam pengembangan game bukanlah hal baru. Namun, dalam kasus Call of Duty, implementasi AI telah menimbulkan berbagai reaksi. Beberapa pemain melaporkan adanya ketidaksesuaian dalam aset game, seperti karakter dengan jumlah jari yang tidak wajar, yang diduga hasil dari proses generatif AI. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana AI dapat meningkatkan atau justru mengurangi realisme dalam game.
Dampak AI terhadap Realisme Game
AI memiliki potensi untuk meningkatkan realisme dalam game melalui berbagai cara:
-
Peningkatan Perilaku NPC: Algoritma AI dapat membuat karakter non-pemain (NPC) berperilaku lebih dinamis dan responsif terhadap tindakan pemain, menciptakan pengalaman bermain yang lebih imersif.
-
Generasi Lingkungan Dinamis: AI dapat digunakan untuk menciptakan dunia game yang berubah secara real-time berdasarkan interaksi pemain, menambah kedalaman dan variasi dalam gameplay.
-
Personalisasi Pengalaman Bermain: Dengan menganalisis preferensi dan gaya bermain individu, AI dapat menyesuaikan tantangan dan alur cerita yang sesuai, meningkatkan keterlibatan pemain.
Namun, implementasi AI yang kurang tepat dapat menghasilkan aset yang tidak realistis atau mengandung kesalahan, seperti yang dilaporkan dalam beberapa kasus di Call of Duty. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun AI memiliki potensi besar, pengawasan dan intervensi manusia tetap krusial untuk memastikan kualitas dan realisme game.
Reaksi Komunitas dan Industri
Komunitas Activision Gunakan AI pemain memiliki pandangan beragam terkait penggunaan AI dalam pengembangan game.
Beberapa menganggapnya sebagai langkah inovatif yang dapat mempercepat proses produksi dan meningkatkan kualitas,
sementara yang lain khawatir AI dapat menggantikan peran kreatif manusia dan menurunkan kualitas aset game.
Di sisi lain, perusahaan seperti Microsoft juga mengembangkan model AI generatif, seperti Muse,
yang di rancang untuk membantu pembuatan visual dan prediksi input kontrol juga dalam game. Tujuannya adalah untuk mendukung, bukan menggantikan, kreativitas manusia dalam pengembangan game.
Akhir Kata :
Penggunaan Activision Gunakan AI juga dalam pengembangan game seperti Call of Duty membawa potensi besar
untuk meningkatkan realisme dan efisiensi produksi.
Namun, implementasi yang kurang tepat dapat menghasilkan hasil yang tidak di inginkan.
Oleh karena itu, kolaborasi antara teknologi AI dan pengawasan manusia sangat penting untuk memastikan kualitas dan pengalaman bermain yang optimal bagi para pemain.
Baca juga : Revolusi AI di Indonesia Danantara dan Telkom Bersinergi Membangun Pusat Teknologi Cerdas